PEMINDAHAN
TANAMAN (TRANSPLANTING) TANAMAN SAWI
(Brassicaceae)
Jurusan Agroteknologi ,Fakultas
Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (University of
Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No.264, Malang, Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
Potensi produksi tanaman sawi belum
optimal, rendahnya produk tanaman sawi karena pada teknik budidayanya petani
cenderung tidak memperhatikan kondisi lingkungan mikro dan belum adanya standar teknik
transplanting yang tepat. Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
proses transplantasi yang baik dan benar sehingga tanaman dapat hidup dengan
baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Faktor pertama yang diperhatikan
dalam proses transplanting adalah lahan yang akan dilakukan proses
transplanting. Faktor kedua adalah tanman apa yang akan digunakan dalam proses
transplanting. Metode yang digunakan dalam pratikum transplanting kali ini
adalalah metode cabutan dimana tanaman langsung saja dicabut dari tempat
penyemeian dan dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan. Hasil dari pratikun
ini adalah tanaman sawi dapat tumbuh baik dengan hasil yang maksimal.
Kata kunci:
transplanting sawi
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh 3
faktor linkungan. Faktor pertama adalah iklim yang meliputi suhu, radiasi
matahari, anin dan kelembapan. Faktor kedua adalah tanah dan kandungan unsur
hara tanah. Faktor ketiga adalah biotik, seperti gulma, hama, dan penyakit
tanaman. (Basri, 1989) Cahaya matahari merupakan faktor sumber energi tumbuhan
dan merupakan salah satu faktor iklim yang memegang peran dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. (Akyas, 2000)
Pertanian merupakan sektor yang
penting dalan kehidupan manusia, dalam pertanian ada beberapa teknik yang
digunakan dalam budidaya tanaman, salah satunya yaitu dengan teknik
transplanting atau pemindahan tanaman. Transplanting sendiri adalah proses pencabutan
bibit-bibit tanaman yang telah
dikecambahkan dalam bak-bak persemaian dan menanamkan kembali bibit tersebut
kelahan yang lebih luas.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam melakukan prmindahan tanaman yaitu tipe
perakarannya, media tanam waktu pemindahan dan kondisi cuaca. Bibit yang baru
ditanam biasanya akan mengalami yang namanya stress, karena beberapa hal
seperti akat yang putus, kondisi lingkungan yang ekstrim, waktu pemindahan yang
tidak tepat dan ketersedian air. (Zainudin.Agus, Dkk. 2019).
Menurut Rayan
(2009) ada beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian (transplanting) yaitu
pertaman sistem cabut, yakni bibit yang telah tmbuh dipersemaian dan cukup umur
dicabut dengan hati-hati. Namun, sebelum dilakukan pencabutan bedengan temoat
persemaian harus dibasahi dengan air untuk memudahkan pencabutan dan tidak
merusak akar. Sistem kedua yaitu putaran, dimana bibit diambil beserta
tanahnya, sebelum bibit diambil basahi dulu bedengan tempat persemaian dengan
air. Keduah cara tersebut digunakan untuk penanaman langsung yang dilakukan
pada bedengan, sedangkan untuk bibit yang disemaikan pada bumbung atau palybag
cara pemindahanya adalah dengan membasahi polybag terlebih dahulu, kemudian
keluarkan bibit beserta tanahanya dengan menyobek kantong polybag.
Dalam pratikun
berikut ini tanaman yang digunkan adalah
sawi. Dimana sawi itu termasuk salah satu tanaman yang
sering dibudidayakan di indonesia. Budidaya sawi dengan teknik transplanting
bisa dibilang cukup mudah tetapi banyak orang yang salah dalam melakukan
prosesnya, sehingga ada banyak bibit yang mati saat dilakukannya transplanting.
Dari itu pratikum ini bertujuan supaya pratikan dapat mengetahui sekaligus tahu
cara mempraktekkan pemindahan tanaman yang baik dan benar, sehingga tidak ada
lagi yang namanya kematian bibit dalam proses transplanting
1.1 Tujuan
Tujuan dari pratikum ini adalah agar pratikan
dapat mengetahui sekaligus mampu memepraktekkan pemindahan tanaman dalam
berbagai teknik secara baik dan benar.
2.2
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah pupuk kandang, air, dan tanaman
sawi.
2.3
Alat
Alat yang digunakan dalam
pratikum kali ini adalah mulsa plastik, pasak bambu, alat pelubang mulsa,
cangkul, dan gembor.
2.4
Pelaksanaan Percobaan
Bibit dicabut dari tempat
penyemaian setelah itu ditanam pada bedengan yang telah dicampur pupuk kandang
dan dipasang mulsadengan jarak tanam antar lubang yaitu sebesar 20 cm.
Perlakuan yang diberikan pada tanaman sawi yaitu setelah ditanam diberi sirama
air setiap hari selama 4 minggu berturut-turut
hal ini dimaksudkan agar tanaman sawi hasil transplanting tidak aka
nmengalami kekeringan air
3. HASIL
Tabel
1: Berisi tentang hasil transplanting tanaman sawi
gambar
|
Keterangan
|
Proses
pelubangan lahan tanam sebai tempat transplanting
|
|
![]() |
Hari pertama setelah selesai melakukan
proses transplanting tanman sawi. Tanaman agak layu karena sedang menyesuikan
diri dengan lingkungan barunya.
|
![]() |
4 minggu setelah proses transplanting
tanaman sawi selesai. Sawi terlihat segar dan siap untuk dipanen.
|
TANAMAN
SAWI
|
1 MST
|
2 MST
|
3MST
|
4 MST
|
|
SAMPLE
|
Tinggi
|
8 cm
|
11,3cm
|
18,2 cm
|
21,8 cm
|
1
|
Banyak daun
|
5
|
7
|
10
|
13
|
SAMPLE
|
Tinggi
|
7,8 cm
|
11 cm
|
17,6 cm
|
22.4 cm
|
2
|
Banyak daun
|
4
|
7
|
10
|
114
|
SAMPLE
|
Tinggi
|
8,3 cm
|
12,8 cm
|
18,6 cm
|
23,1 cm
|
3
|
Banyak daun
|
4
|
8
|
11
|
15
|
4.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil
pratikum di atas dapat diketahui bahwasannya saat didalam proses transplanting
kita perlu mengetahui faktor-faktor pendukung transplanting. Sehingga tidak ada
tanaman yang mati saat dilakukannya transplanting dan tidak memakan biaya
penyulaman tanaman sawi.
Dalam pelaksanaan transplanting,
bibit yang disemai akan mengalami proses kerusakan terutaman pada sistem
perakarannya. Hal ini erat dengan proses absorsi dengan transpirasiyang
berlangsung secara bersamaan dimana saat pemidahan, tanaman akan berhenti
mensuplai air sementara di lain pihak akan ada proses transpirasi berlangsung.
Dengan demikian akan terjadi reduksi air
di dalam bibit tanaman. Untuk
mrengembalikan ke keadaan awal, diperlukan adanya daya bangun atau daya semduh
dari tanaman itu sendiri. Pada dasarnya daya semduh pad tanaman batang
lunak sendiri bergantung pada: a) ukuran
dan umur tanaman, b) jenis tanaman, c) pada waktu pemindahanya (Tjionger 2008)
Pada
saat transplanting dilakukan, umur tanaman berbanding terbalik dengan jumlah
akar rambut yang tertinggal. Artinya semakin panjang umur tanaman, akan
mengakibatkan lebih sedikitnya akar rambut yang tertinggal. Hal ini tentunya
berhubungan dengan kemampuan tanaman tersebut dalam mengadakan absorbsi air dan
unsur hara. Pada umumnya tanaman/bibit sudah dapat dipindahkan setelah terlihat
pemunculan daun sebenarnya (true leaves) sebanyak 2–3 helai. Ukuran dan umur
tanaman juga berhubungan langsung dengan makin luasnya permukaan daun
(transpirasi). Berdasarkan kenyataan tersebut, banyak pengusaha sayuran dan
tanaman hias mengadakan pemindahan tanaman saat tanaman tersebut masih kecil
(Tjionger, 2008).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang
dapat diambil dari pratikum ini yaitu proses transplanting ada 3 cara yaitu
cabutan, putaran dan tanam langsung dengan media tanamannya. Dalam
transplanting sawi menggunakan cara cabutan, jadi sawi setelah dicabut dari
tempat penyemaian langsung di tanam di tempat atau lahan yyang telah
disediakan.
Melakukan transplanting juga
harus didukung dengan faktor-faktor tertentu seperti tipe perakaran, waktu dan
cuaca saat melakukan transplanting. Perlakuan pertama yang diberikan saat
melakukan transplanting yaitu harus disiram dengan air agar tanaman sawi tidak
kekurangan air dan tidak mengalami kekeringan sehingga tanaman sawi dapat
langsung beradaptasi dengan lingkungannya.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Akyas,AM. 2000.
Pertumbuhan Dan Hasil
Pakrika (Capsicum annum var. Grossum L) pada radiasi cahaya dan konsentrasi
nutrisi berbeda dalam penanaman sistem hidroponik. J. Agrikultural. 11:50-55
BASRI, H. 1998.
Ekologi Tanaman. Jakarta
Rajawali
Press
Rayan.
2009. Teknik Persemaian dalam
Rangka Pengandaan Bibit Untuk
Penanaman. Penelitian pada Balai Litbang Kehutanan Kalimantan.
Tjionger,
M. 2006. Pentingnya Menjaga
Keseimbangan Unsur Hara Makro Dan
Mikro Utuk Tanaman, Makasar
Zainudin,
Agus. 2019. Petunjuk Pratikum
Ilmu Agronomi. Universitas
Muhammadiyah Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar