Kamis, 19 Maret 2020

                         PEMINDAHAN TANAMAN (TRANSPLANTING) TANAMAN SAWI
(Brassicaceae)
Jurusan Agroteknologi ,Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No.264, Malang, Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
Potensi produksi tanaman sawi belum optimal, rendahnya produk tanaman sawi karena pada teknik budidayanya petani cenderung tidak memperhatikan kondisi lingkungan  mikro dan belum adanya standar teknik transplanting yang tepat. Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses transplantasi yang baik dan benar sehingga tanaman dapat hidup dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Faktor pertama yang diperhatikan dalam proses transplanting adalah lahan yang akan dilakukan proses transplanting. Faktor kedua adalah tanman apa yang akan digunakan dalam proses transplanting. Metode yang digunakan dalam pratikum transplanting kali ini adalalah metode cabutan dimana tanaman langsung saja dicabut dari tempat penyemeian dan dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan. Hasil dari pratikun ini adalah tanaman sawi dapat tumbuh baik dengan hasil yang maksimal.

Kata kunci: transplanting sawi



1. PENDAHULUAN
                Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh 3 faktor linkungan. Faktor pertama adalah iklim yang meliputi suhu, radiasi matahari, anin dan kelembapan. Faktor kedua adalah tanah dan kandungan unsur hara tanah. Faktor ketiga adalah biotik, seperti gulma, hama, dan penyakit tanaman. (Basri, 1989) Cahaya matahari merupakan faktor sumber energi tumbuhan dan merupakan salah satu faktor iklim yang memegang peran dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (Akyas, 2000)
                Pertanian merupakan sektor yang penting dalan kehidupan manusia, dalam pertanian ada beberapa teknik yang digunakan dalam budidaya tanaman, salah satunya yaitu dengan teknik transplanting atau pemindahan tanaman. Transplanting sendiri adalah proses pencabutan bibit-bibit tanaman yang  telah dikecambahkan dalam bak-bak persemaian dan menanamkan kembali bibit tersebut kelahan yang lebih luas.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan prmindahan tanaman yaitu tipe perakarannya, media tanam waktu pemindahan dan kondisi cuaca. Bibit yang baru ditanam biasanya akan mengalami yang namanya stress, karena beberapa hal seperti akat yang putus, kondisi lingkungan yang ekstrim, waktu pemindahan yang tidak tepat dan ketersedian air. (Zainudin.Agus, Dkk. 2019).

Menurut Rayan (2009) ada beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian (transplanting) yaitu pertaman sistem cabut, yakni bibit yang telah tmbuh dipersemaian dan cukup umur dicabut dengan hati-hati. Namun, sebelum dilakukan pencabutan bedengan temoat persemaian harus dibasahi dengan air untuk memudahkan pencabutan dan tidak merusak akar. Sistem kedua yaitu putaran, dimana bibit diambil beserta tanahnya, sebelum bibit diambil basahi dulu bedengan tempat persemaian dengan air. Keduah cara tersebut digunakan untuk penanaman langsung yang dilakukan pada bedengan, sedangkan untuk bibit yang disemaikan pada bumbung atau palybag cara pemindahanya adalah dengan membasahi polybag terlebih dahulu, kemudian keluarkan bibit beserta tanahanya dengan menyobek kantong polybag.

Dalam pratikun berikut ini tanaman yang digunkan  adalah  sawi. Dimana  sawi itu termasuk salah satu tanaman yang sering dibudidayakan di indonesia. Budidaya sawi dengan teknik transplanting bisa dibilang cukup mudah tetapi banyak orang yang salah dalam melakukan prosesnya, sehingga ada banyak bibit yang mati saat dilakukannya transplanting. Dari itu pratikum ini bertujuan supaya pratikan dapat mengetahui sekaligus tahu cara mempraktekkan pemindahan tanaman yang baik dan benar, sehingga tidak ada lagi yang namanya kematian bibit dalam proses transplanting


1.1 Tujuan
                 Tujuan dari pratikum ini adalah agar pratikan dapat mengetahui sekaligus mampu memepraktekkan pemindahan tanaman dalam berbagai teknik secara baik dan benar.

2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah pupuk kandang, air, dan tanaman sawi.
2.3 Alat
                Alat yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah mulsa plastik, pasak bambu, alat pelubang mulsa, cangkul, dan gembor.


2.4 Pelaksanaan Percobaan
            Bibit dicabut dari tempat penyemaian setelah itu ditanam pada bedengan yang telah dicampur pupuk kandang dan dipasang mulsadengan jarak tanam antar lubang yaitu sebesar 20 cm. Perlakuan yang diberikan pada tanaman sawi yaitu setelah ditanam diberi sirama air setiap hari selama 4 minggu berturut-turut  hal ini dimaksudkan agar tanaman sawi hasil transplanting tidak aka nmengalami kekeringan air


3. HASIL




Tabel 1: Berisi tentang hasil transplanting tanaman sawi
gambar
Keterangan

Proses pelubangan lahan tanam sebai tempat transplanting
IMG_20191113_164546.jpg

Hari pertama setelah selesai melakukan proses transplanting tanman sawi. Tanaman agak layu karena sedang menyesuikan diri dengan lingkungan barunya.

IMG-20191212-WA0031.jpeg

4 minggu setelah proses transplanting tanaman sawi selesai. Sawi terlihat segar dan siap untuk dipanen.



TANAMAN
SAWI
1 MST
2 MST
3MST
4 MST
SAMPLE
Tinggi
8 cm
11,3cm
18,2 cm
21,8 cm
1
Banyak daun
5
7
10
13
SAMPLE
Tinggi
7,8 cm
11 cm
17,6 cm
22.4 cm
2
Banyak daun
4
7
10
114
SAMPLE
Tinggi
8,3 cm
12,8 cm
18,6 cm
23,1 cm
3
Banyak daun
4
8
11
15






4. PEMBAHASAN
            Berdasarkan hasil pratikum di atas dapat diketahui bahwasannya saat didalam proses transplanting kita perlu mengetahui faktor-faktor pendukung transplanting. Sehingga tidak ada tanaman yang mati saat dilakukannya transplanting dan tidak memakan biaya penyulaman tanaman sawi.

                Dalam pelaksanaan transplanting, bibit yang disemai akan mengalami proses kerusakan terutaman pada sistem perakarannya. Hal ini erat dengan proses absorsi dengan transpirasiyang berlangsung secara bersamaan dimana saat pemidahan, tanaman akan berhenti mensuplai air sementara di lain pihak akan ada proses transpirasi berlangsung. Dengan demikian akan terjadi  reduksi air di  dalam bibit tanaman. Untuk mrengembalikan ke keadaan awal, diperlukan adanya daya bangun atau daya semduh dari tanaman itu sendiri. Pada dasarnya daya semduh pad tanaman batang lunak  sendiri bergantung pada: a) ukuran dan umur tanaman, b) jenis tanaman, c) pada waktu pemindahanya (Tjionger 2008)
Pada saat transplanting dilakukan, umur tanaman berbanding terbalik dengan jumlah akar rambut yang tertinggal. Artinya semakin panjang umur tanaman, akan mengakibatkan lebih sedikitnya akar rambut yang tertinggal. Hal ini tentunya berhubungan dengan kemampuan tanaman tersebut dalam mengadakan absorbsi air dan unsur hara. Pada umumnya tanaman/bibit sudah dapat dipindahkan setelah terlihat pemunculan daun sebenarnya (true leaves) sebanyak 2–3 helai. Ukuran dan umur tanaman juga berhubungan langsung dengan makin luasnya permukaan daun (transpirasi). Berdasarkan kenyataan tersebut, banyak pengusaha sayuran dan tanaman hias mengadakan pemindahan tanaman saat tanaman tersebut masih kecil (Tjionger, 2008).
 KESIMPULAN

            Kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum ini yaitu proses transplanting ada 3 cara yaitu cabutan, putaran dan tanam langsung dengan media tanamannya. Dalam transplanting sawi menggunakan cara cabutan, jadi sawi setelah dicabut dari tempat penyemaian langsung di tanam di tempat atau lahan yyang telah disediakan.
                Melakukan transplanting juga harus didukung dengan faktor­-faktor tertentu seperti tipe perakaran, waktu dan cuaca saat melakukan transplanting. Perlakuan pertama yang diberikan saat melakukan transplanting yaitu harus disiram dengan air agar tanaman sawi tidak kekurangan air dan tidak mengalami kekeringan sehingga tanaman sawi dapat langsung beradaptasi dengan lingkungannya.
6. DAFTAR PUSTAKA

Akyas,AM. 2000. Pertumbuhan Dan Hasil
Pakrika (Capsicum annum var. Grossum L) pada radiasi cahaya dan konsentrasi nutrisi berbeda dalam penanaman sistem hidroponik. J. Agrikultural. 11:50-55
BASRI, H. 1998. Ekologi Tanaman. Jakarta
Rajawali Press
Rayan. 2009. Teknik Persemaian dalam
Rangka Pengandaan Bibit Untuk Penanaman. Penelitian pada Balai Litbang Kehutanan Kalimantan.
Tjionger, M. 2006. Pentingnya Menjaga
Keseimbangan Unsur Hara Makro Dan Mikro Utuk Tanaman, Makasar
Zainudin, Agus. 2019. Petunjuk Pratikum
Ilmu Agronomi. Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar